Teh merupakan salah satu minuman populer di antara berbagai jenis
minuman lainnya. Karena kandungannya, dalam kehidupan sehari-hari teh
berperan sebagai
social fuel yang dapat meningkatkan suasana hati (mood booster).
Di
berbagai belahan dunia, teh merupakan bagian dari sejarah, budaya,
status sosial dan kepribadian bangsa. Budaya minum teh didefinisikan
mulai dari cara teh dibuat dan diminum, cara orang berinteraksi dengan
teh dan aspek estetika seputar minum teh yang amat berbeda. Seperti apa ?
Rusia
Orang
Rusia mengenal teh sejak abad ke-17. Mereka minum teh sambil berdiri,
mengikuti tradisi orang Barat. Orang Rusia menggunakan ketel samovar,
mirip ketel orang Mongol. Samovar dulu dikenal untuk membuat minuman
madu berempah. Air dididihkan di ketel samovar dengan tungku dan arang.
Di
musim panas, samovar ditempatkan di meja di sebuah taman sehingga asap
dari air mendidih bisa keluar dengan leluasa. Sementara di musim dingin,
samovar ditempatkan di dalam ruangan. Leher ketel disambungkan dengan
pipa menuju cerobong asap agar asap dari air mendidih bisa langsung
dilepas ke luar rumah.
Sambil menunggu air mendidih, zavarka atau
poci teh dipanaskan. Setelah itu, uap yang menempel di zavarka dilap
dengan serbet. Daun teh dimasukkan sampai hangat dan layu dalam zavarka
yang ditutup hingga aroma teh keluar. Lalu air mendidih dituangkan pada
zavarka hingga daun tenggelam.
Air teh dituangkan dalam
gelas-gelas perak. Untuk menikmati teh, dimasukkan satu sendok selai
atau gula putih ke dalam mulut, lalu teh yang biasanya telah ditetesi
lemon diminum. Biasanya teh disajikan dengan kue-kue manis.
Inggris
Teh
dikenalkan di Inggris sekitar 1652. Harganya sangat tinggi karena
dianggap sebagai minuman bangsawan. Salah satu bangsawan yang menggemari
teh adalah Pangeran Charles II dan istrinya, Catherine de Braganza.
Dari bangsawan-bangsawan Inggris, teh dikenal sampai ke beberapa negara.
Teh
yang biasa disajikan saat sarapan dan makan malam diperkenalkan seorang
bangsawan Inggris sebagai minuman pergaulan. Mereka menikmati teh
sambil jalan-jalan di halaman rumah. Gaya hidup para bangsawan ini
ditiru oleh para keluarga Inggris.
Kebiasaan minum teh di Inggris
masih berlangsung hingga kini. Ada dua jenis upacara teh di Inggris. Teh
cair biasanya disajikan pada siang hari dalam pertemuan keluarga.
Dihidangkan dengan roti berselai, sandwich, atau makanan kecil lainnya
.
Irak
Bagaimana
pun sibuknya, orang Irak selalu menyempatkan diri untuk berkumpul pada
sore hari sambil menikmati teh. Tiap orang duduk melingkar di ruang tamu
sambil menanti sajian teh. Apresiasi orang Irak pada penyajian teh
sangat tinggi. Jadi, menyuguhkan teh celup sangat tidak dianjurkan
karena bisa dicemooh.
Setiap keluarga memiliki tradisi sendiri
dalam membuat teh, tetapi proses intinya sama. Air dididihkan dalam
ketel. Daun teh dimasukkan ke dalam poci dan dituangi air mendidih
hingga daunnya naik ke atas. Poci ditaruh di atas ketel agar tetap panas
hingga daun teh tenggelam.
China
Orang
China sangat memerhatikan rasa dan aroma teh. Mereka juga senang
membanding-bandingkan satu jenis teh dengan teh lainnya. Di China,
penyajian minum teh tidak disertai dengan hidangan makanan.
Dalam
tradisi minum teh di China, ada dua wadah yang digunakan. Sebuah gelas
dan sebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan
mangkuk berfungsi untuk meminum air teh.
Orang China membuat teh
secara bersama-sama. Daun teh dimasukkan hingga menutupi lingkaran dasar
poci. Poci terbuat dari tanah liat merah yang berpori rapat sehingga
ketika dituangi air, lambat laun poci akan menjadi kering kembali.
Poci
ditaruh di atas mangkuk yang lebih besar, lalu dituangi air mendidih
hingga luber. Air yang luber akan tertampung di mangkuk besar itu.
Kemudian poci ditutup sekitar dua menit.
Air teh dituang ke dalam
gelas lalu dipindahkan ke mangkuk. Seusai memindahkan air teh, tamu
menghirup aroma teh dari gelas sebagai tanda penghormatan pada tuan
rumah yang telah menyajikan teh. Setelah itu, barulah teh bisa diminum.
Proses ini dilakukan berulang-ulang dengan jenis teh yang berbeda-beda.
Jepang
Teh
dikenal di Jepang sekitar abad ke-12. Teh yang dikenal di sana adalah
teh matcha yang terbuat dari bubuk teh hijau. Sementara upacara minum
teh diperkenalkan Sen No Rikyu pada abad ke-16. Upacara teh masih
berlangsung hingga kini. Tradisi upacara minum teh ini berlangsung
sekitar empat jam.
Pertama-tama tamu datang dan diantar ke ruang
tunggu. Mereka akan disuguhi air panas dari ketel di sebuah cangkir. Di
ruang ini, tamu diharapkan memuji tuan rumah. Lalu, bersama-sama mereka
menuju taman.
Tamu berhenti untuk mencuci tangan dan mulut di air
pancuran di taman. Lalu, tamu melepaskan sepatu dan beberapa barang
bawaan sebelum masuk ke ruang penyuguhan teh. Di sini tamu menikmati
dekorasi dan rangkaian bunga sambil minum sake.
Tamu kemudian
kembali ke taman sambil menunggu tuan rumah menyiapkan teh kental.
Setelah selesai, tuan rumah akan membunyikan gong yang menandakan tamu
segera kembali ke ruang penyuguhan teh.
Di ruang penyuguhan, tamu
dipersilakan minum teh kental dengan beberapa makanan. Teh panas
disajikan dengan wiski. Para tamu hendaknya cermat mengagumi taman,
perkakas, dekorasi, arsitektur, keramik, dan bunga-bunga yang ada di
ruangan.
India
Legenda dari India
menghubungkan penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan
sangat kelelahan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam
keputusasaan dia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, dan
kemudian dengan serta-merta menyegarkannya kembali.
Tidak ada
catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan
belas. Masyarakat India justru mengenal kebiasaan minum teh oleh orang
Inggris, di mana saat itu India masih berstatus koloni. Orang India
lebih menggemari varian-varian teh hitamnya yang sangat populer:
Darjeeling, Assam dan Nilgiri. [mdr]